Saturday, February 01, 2014

i'm fallin' deep in this things

idkkkkkkkkkkk i'm just falling in love, with novels.  
kapan terakhir kali kita memeluk ayah kita? menatap wajahnya, lantas bilang kita sungguh sayang padanya? kapan terakir kali kita bercakap ringan, tertawa tergelak, bercengkerama, lantas menyentuh lembut tangannya, bilang kita sungguh bangga padanya? 
aku sedang berkutat dengan buku menakjubkan ini sejak tadi malam. membacanya dengan menyambi melakukan apapun, menonton televisi, sarapan, makan malam, menikmati teh atau cokelat hangat pemberian ibu, mendengarkan musik dan kegiatan lazim lainnya yang kita lakukan diakhir pekan. tuntutan sekolah yang memberatkan hari kita, membuat akhir pekan ini menjadi satu-satunya waktuku untuk bersama mereka. tulisan-tulisan tere liye yang amat membuat pembacanya tersanjung inilah yang selalu aku pilih. meski harus bertukar buku dengan teman seperjuangan, karena semua milikku telah habis kubaca, lalu milik farislah yang sedang aku baca sekarang. ayahku (bukan) pembohong bukan buku yang tadinya kumaksud, daun yang jatuh tak pernah membenci anginlah yang sebenarnya hendak kubaca. 
sore itu di depan rumah faris.
"please, ris, daun yang jatuh tak pernah membenci angin dong mau." aku memaksa faris dengan nada merengek. aku tahu ia tidak akan lupa dengan kesepakatan itu. aku berani merengek karena kita sudah sepakat bertukar buku, macam jaman dulu saja ber-barter. ia pun telah memegang milikku satu, kau, aku dan sepucuk angpau merah. oh ya, negeri para bedebahku juga masih ia simpan entah sempat ia baca atau tidak.
"iya, maaf maaf, ini juga mau gua cariin sabar tunggu dulu ya." faris meninggalkanku masuk kedalam rumah.
kita berdua baru pulang sehabis latihan senam untuk ujian praktek pekan depan. pak own entah mengapa memilih senam untuk dijadikan materinya. dan aku harus bersusah payah ikut pulang bersama faris karena ia lupa akan janjinya, entah lupa atau apa, ia hanya beralasan sulit mencari buku itu.
beberapa jenak faris kembali ke teras, "ayahku (bukan) pembohong aja ya?"
aku menoleh, "daun yang jatuh tak pernah membenci anginnya nggak ada?"
faris jengkel. "sini deh masuk, kan udah gua bilang tadi, liat lemari gua ribet banget nyarinya." aku dibawa masuk, menuju lemari yang selalu ia sebut amat sulit mencari buku didalamnya itu. lemari itu ternyata benar, namun mirip seperti milik ayah dirumah tapi ini agak lebih besar dan sedikit amburadul.  
"hehe..." aku menyeringai. 
faris menatapku bete, "mau cari sendiri?" 
aku menggeleng. ia mengejekku? akhirnya aku pulang dengan membawa dua miliknya, ayahku (bukan) pembohong dan burlian. ah aku ingat faris sempat mengatakan ini saat diruang tamu tadi sore, "gua kira gua doang yang ngikutin tere liye dari smp, ternyata lu juga, al?" aku hanya menaikkan pundak, "orang gue baru suka pas pertama kali beli negeri para bedebah, setelah itu, jatuh cinta haha."

No comments:

Post a Comment