malam itu kak moh dan fau memanggilku dari depan teras, aku yang sedang menonton movie-series beranjak menuju kamar, berganti baju lalu membukakan pintu, melongok, "waalaikumsalam kak mohh, fauu." entah, memang aku sering bertemu fau tapi tidak dengan kak moh.
"kamu mau ikut camping nggak, march?" fau memulai pembicaraan lagi setelah kita asyik dengan kehidupan dunia maya kita masing-masing, tapi aku lebih memilih berkutat dengan buku saja.
"eh?" aku berpaling dari buku novelku.
fau dan aku adalah sahabat kecil yang entah mengapa dipertemukan tidak lain sebab bertinggal di komplek yang sama, meski berbeda hampir sepuluh gang, tapi mungkin takdir menginginkan pertemanan kita berlanjut sampai detik ini. aku adalah empat bersaudara yang tidak lain adalah empat perempuan sekawan sedang fau adalah tujuh bersaudara, lima bocah laki-laki dan dua perempuan. aku mengenal semua kakak dan adiknya, sebaliknya ia juga mengenal tiga saudaraku. fau sangat baik. entah, aku hanya tidak pernah berteman dengan bocah laki-laki sebaik dirinya. sedangkan kak moh, aku tak tahu sejak kapan aku mengenalnya, dari fau lah kak moh jadi sering ikut kita berpergian atau hanya berkumpul, bermain.
"res ikut?" aku menyebut sahabat kecilku yang lain, yang sangat tomboi. meski berbeda komplek denganku, tapi ia masih teman bermain kita. aku hendak mengambil jus apel beberapa jenak lalu kembali lagi ke teras. sambil membawa monopoli, merapihkannya, siap-siap bermain.
"kayaknya res ngga ikut," kak moh melanjutkan percakapan, sambil menyeduh jus segar itu.
"loh? kok?" aku menatap laki-laki berusia 19 itu.
"iya udah kebanyakan orangnya, cuma cukup dua orang lagi." kak moh menjawab, sekarang fau tidak lagi bermain fifa diiphonenya, menatap kita berdua.
"iya march, makanya kita kesini." fau menimpal.
"pas gue ngajak fau, eh dia bilang suruh ajak lo aja al, katanya dia gak mau sendirian. lagian gue juga bingung mau ngajak siapa lagi. gue kira lo berdua pasti mau ikut." kak moh menjabarkannya sambil membagi-bagikan uang dari bank monopoli.
"mau kok!" aku memberikan jawaban. menata-nata pion.
"tapi kita bakal ga kenal siapa siapa march..." fau meragu. ikut mengambil pion nya yang berbentuk peselancar.
"hah?" aku bingung, memalingkan perhatianku dari papan monopoli.
"iya sebenarnya kan ini acara kampus gua, tapi boleh ngajak yang lain, tapi terbatas." kak moh menambahkan lagi.
"yaaahhhhhh kok gitu kak," aku ber-yah ria setelah mengerti semuanya. padahal baru mau memulai permainan karena semua kartu dan uang sudah siap.
"iya maaf ya, march, kakak baru ngabarin sekarang, habisan sobat kecil kau ini sulit kali dihubungi." kak moh melirik fau, yang dilirik hanya menyeringai sambil mengacungkan dua jari ke atas, meminta damai.
"lebih sibuk mana sama aku, fau?" aku membantah dengan muka memelas campur mengemis keprihatinan.
"iya udah kebanyakan orangnya, cuma cukup dua orang lagi." kak moh menjawab, sekarang fau tidak lagi bermain fifa diiphonenya, menatap kita berdua.
"iya march, makanya kita kesini." fau menimpal.
"pas gue ngajak fau, eh dia bilang suruh ajak lo aja al, katanya dia gak mau sendirian. lagian gue juga bingung mau ngajak siapa lagi. gue kira lo berdua pasti mau ikut." kak moh menjabarkannya sambil membagi-bagikan uang dari bank monopoli.
"mau kok!" aku memberikan jawaban. menata-nata pion.
"tapi kita bakal ga kenal siapa siapa march..." fau meragu. ikut mengambil pion nya yang berbentuk peselancar.
"hah?" aku bingung, memalingkan perhatianku dari papan monopoli.
"iya sebenarnya kan ini acara kampus gua, tapi boleh ngajak yang lain, tapi terbatas." kak moh menambahkan lagi.
"yaaahhhhhh kok gitu kak," aku ber-yah ria setelah mengerti semuanya. padahal baru mau memulai permainan karena semua kartu dan uang sudah siap.
"iya maaf ya, march, kakak baru ngabarin sekarang, habisan sobat kecil kau ini sulit kali dihubungi." kak moh melirik fau, yang dilirik hanya menyeringai sambil mengacungkan dua jari ke atas, meminta damai.
"lebih sibuk mana sama aku, fau?" aku membantah dengan muka memelas campur mengemis keprihatinan.
fau sekarang masih
duduk di kelas dua sedangkan aku diatasnya satu tahun, hanya hitungan bulan
aku sudah akan angkat kaki dari sma. kak moh yang merasa paling tua di teras
itu hanya bisa berdeham.
aku memutuskan untuk ikut, meski harus melewatinya dengan banyak orang yang sama sekali tidak kukenali, mungkin hanya sepuluh dari seratus perbandingannya. aku, fau, dan kak moh mulai packing tiga hari kemudian. kak moh berpesan, tentang barang-barang seperti tenda dan alat kemah lainnya tak usah dipikirkan olehku apalagi fau, kita hanya perlu menyiapkan barang-barang pribadi.
to be continued. ^^
No comments:
Post a Comment