malam itu aku mengirim bbm ke fariz.
al: AKHIRNYAAAA!!<3<3<3
you sent a photo *foto tumpukan buku-buku om darwis yang belum sempat terbaca: moga bunda disayang Allah, rembulan tenggelam di wajahmu, bidadari-bidadari surga, sunset bersama rosie*
fariz: lu beli moga bunda disayang Allah juga?
al: iyaa habisan lo gabilang kalo udah punya yang moga bunda disayang Allah!
fariz: lu baca yang mana dulu al? harus sabar al baca itu :(
al: ngga, itu nanti2 aja
fariz: yang rembulan tenggelam di wajahmu?
al: itu baru halaman 150 riz, gue penat bacanya habis ujian, kapan2 aja kl lagi ga mumet gue lanjutin </3
fariz: tapi rembulan keren parah, swear!!
al: YA LIBURAN MASA BACA YANG BIKIN OTAK KERJA LAGI SIH <///3
fariz: kalo sunset bersama rosie galau al
al: galaunya setingkat apa riz? setingkat galau gabisa move on atau galau baru putus tapi nyesel?atau galau di php-in bertahun2?galau stuck on friendzone?wkwk
fariz: galauan buku itu al
fariz: but perfectly awesome.
al: a*jir demiapa?gaberani deh gw kl galau bgt.
fariz: tapi buku galau yang nyembuhin galau al
aku memutuskan untuk membacanya.al: hmmm.
selamat pagi.
aku tahu, saat membaca cerita ini, di tempat kalian mungkin sedang siang, sore, atau boleh jadi malah malam hari. di tempatku ketika memulai cerita ini juga sebenarnya sedang senja, pukul 17.00. matahari tengah beranjak tenggelam di kaki cakrawala, sayangnya tak nampak keindahannya karena terhalang gedung-gedung tinggi. hanya semburat kemerahan yang berpadu dengan cokelatnya langit kota terlihat memantul dari kaca-kaca raksasa, lempengan logam, dan tiang beton pencakar langit.
bagiku waktu selalu pagi. di antara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. ketika janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan. ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi. pagi, berarti satu malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi; malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan, dan helaan napas tertahan.
aku tidak menyangka..
sebenarnya, apakah itu
perasaan? keinginan? rasa memiliki? rasa sakit, gelisah, sesak, tidak
bisa tidur, kerinduan, kebencian? bukankah dengan berlalunya waktu
semuanya seperti gelas kosong yang berdebu, begitu-begitu saja, tidak
istimewa. malah lucu serta gemas saat dikenang.
sebenarnya, apakah pengorbanan memiliki harga dan batasan? atau priceless, tidak terbeli dengan uang, karena hanya kita lakukan untuk sesuatu yang amat spesial di waktu yang juga spesial? atau boleh jadi gratis, karena kita lakukan saja, dan selalu menyenangkan untuk dilakukan berkali-kali.
sebenarnya, apakah pengorbanan memiliki harga dan batasan? atau priceless, tidak terbeli dengan uang, karena hanya kita lakukan untuk sesuatu yang amat spesial di waktu yang juga spesial? atau boleh jadi gratis, karena kita lakukan saja, dan selalu menyenangkan untuk dilakukan berkali-kali.
sebenarnya, apakah itu arti 'kesempatan'? apakah itu makna 'keputusan'?
bagaimana mungkin kita terkadang menyesal karena sebuah 'keputusan' atas sepucuk 'kesempatan'?
sebenarnya, siapakah yang selalu pantas kita sayangi?
dalam hidup ini, ada banyak sekali pertanyaan tentang perasaan yang
tidak pernah terjawab. sayangnya, novel ini juga tidak bisa memberikan
jawaban pasti atas pertanyaan-pertanyaan itu. novel ini ditulis untuk
menyediakan pengertian yang berbeda, melalui sebuah kisah di pantai yang
elok. semoga setelah membacanya, kita akan memiliki satu ruang kecil
yang baru di hati, mari kita sebut dengan kamar 'pemahaman yang baru'.
dan ternyata dimulai dari ¼ dari 426 halaman aku membacanya, aku sudah menangis.
selamat membaca.




