Saturday, October 25, 2014

october, 22

selamat ulang tahun,
wanita terindah dalam hidupku
wanita terkuat dalam segala kesulitan dalam hidup
wanita paling tegar..
dan wanita yang paling aku sayang tak ada batas

pagi ini pukul delapan lebih sedikit
hari masih agak sejuk yang hendak hilang
aku sedang di ruang kelas
duduk di barisan kedua dari baris depan
menunduk menuliskan surat ini
menunduk terdiam
sedang dosen di podium sana tetap menjelaskan kuliah pengkajian sastra hari ini
tidak berhenti
sedikit sulit mencari konsentrasi yang mengambang-ambang ini
dengan ada kau berhenti dipikiranku

nah,
perkenalkan teman sebelah bangkuku yang sedikit tomboy ini, Baby
aku berisak disampingnya
entah
tidak kuasa aku menahan tangis ini
karena sungguh, tidak bisa aku memelukmu sekarang
kau jauh di ibukota sana
aku jauh di kota ini
Baby mengelus lenganku merangkul
belasan tissue sudah telah basah dibuatku
aku sungguh sayang ibu
salam sayang, May


di ruang kelas saat Mbak Laura mengajar pengkajian sastra

Saturday, October 18, 2014

tolong hentikan senyuman-senyuman ini

lekukan ini tiba dan singgah lagi
dan tak hendak pudar
ia ingin menetap untuk lebih dari beberapa jenak
ia enggan pergi dibuatmu
sungguh

beberapa detik yang lalu
aku dapati suaramu lewat telepon genggam
yang membuat tawa didalamnya
candamu sungguh aneh
membuatku melihat jauh disana
bahwa bumi ini sebenarnya dihuni oleh manusia aneh
seperti dirimu
terimakasih,
telah membuatku tersenyum

kau tahu, raut wajah ini sedih
entah sudah bertahan untuk melepasnya lebih cepat
karena ia tak lekas pergi diam saja melekuk dibibir tipisku
mataku pun akhirnya ikut melekuk,
aku tidak tahu kau dapat membuatnya juga tersenyum
bisakah pula kau membuat hidungku tersenyum?
atau telingaku?
bahkan pipiku?
maka terimakasih,
telah membuat senyuman-senyuman ini hidup untuk beberapa waktu nanti
bahkan mungkin, membuatnya permanen



rabu malam pukul sembilan lebih empat puluh lima menit, kala diri ini tersipu

Friday, October 17, 2014

terimakasih untuk siomay bang john yang tutup pagi itu

pagi itu dosen filologi berhalangan untuk hadir, lagi. entah. ini sudah terjadi beberapa kali. memang, kita amat kecewa, namun yang mengecewakan kita adalah sudah terlanjurnya kita bangun pagi bahkan bersahabat baik dengan dinginnya air shower pagi tadi. namun yang kita dapat di kelas adalah tidak ada. ketua kelas mendapat kabar itu saat ia berbicara dengan ibu maria, nama dosen filologi tersayang kita itu, entah beliau menjelaskan tentang apa, “gausah gue kasih tahu panjang lebar yang ibu maria jelaskan barusan, pada intinya, beliau berhalangan hadir.” serentak satu isi kelas bersorakan bahagia, juga bersorak kecewa. kecewa karena sudah datang. ya, itulah mahasiswa.

aku dan genk kan-ku (genk kan = (genk) ma(kan). LOL!) menghabiskan sekitar lima belas menit untuk tidak keluar kelas, padahal tahu bahwa tidak jadi ada kelas filologi pagi itu. entah melakukan hal tidak penting apa. kalau aku sih, bermain entah game apa bersama papa dan adit. sebenarnya yang bermain adalah mereka, kebetulan saja mereka sedang sial duduk bersebelahan denganku yang tidak bisa diam, tidak bisa untuk tidak merebut samsung layar besar itu dari tangan mereka, HAHA. kita bermain entah namanya, bermain bergantian, untuk mendapatkan medali emas dan koin-koin tidak jelas itu. lalu kita berhenti saat nyawa kita sudah habis. sangat menyebalkan. kemudian aku melepaskan headset yudha dari telingaku, dan melepasnya dari ipodku. “mari bermain bumpsheep di ipodku!”. lalu kita pagi itu untuk beberapa menit, menjadi mahasiswa autis. autis game domba.

pada akhirnya saat lima babak habis untuk main game domba itu, aku dan genk kan turun tangga menuju parkiran. ya, tangga dari lantai tiga. pagi itu kita sudah menaiki tiga laintai yang amat curam, dan kita juga sudah menempuh jauhnya parkiran sampai ke lantai gedung kelas kita, kemudian kabar itu datang, tidak ada kelas hari ini. bye! ya, meski sedikit kebahagiaan dalam keletihan itu.

kita hampir sampai di parkiran. aku sibuk memainkan game di ipod selagi dinar dan yuki bergossip ria disampingku. masih hanya terdapat tidak sampai sepuluh mobil di parkiran pagi itu. mungkin memang hanya hitungan jari dosen yang bersedia mengajar pukul tujuh pagi. maka, para mahasiswa memang tidak akan datang sepagi itu pula. entahlah, lupakan, aku hanya menyimpulkannya sendiri. setelah putri membunyikan alarm sedan pinknya itu, kita segera masuk menempati tempat masing-masing, seperti sudah bernamakan dimasing-masing jok untuk masing-masing nama kita. hahaha. namun saat giliran aku masuk ke dalam mobil, aku lupa aku sangat ingin makan siomay hari itu. dan berhubung memang aku jarang sekali sarapan meski ikut serta mencari sarapan bersama genk, maka aku hanya menaruh tas dimobil, lalu pergi melangkah ke kantin di depan parkiran. sayangnya, tidak seperti yang kalian bayangkan, itu tidak dekat, juga tidak jauh. aku harus melewati parkiran motor yang amat penuh, dan cukup suliy dengan lika-liku, yang juga penuh dengan banyak mahasiswa yang duduk-duduk, nongkrong-nongkrong, ­merokok, dan rumpi-rumpi pagi. maka, aku putuskan untuk tidak melangkah lebih jauh. 

aku masih satu pertiga dari jauhnya jarak parkiran motor ke kantin. memilih mondar-mandir melihat dari jauh apakah siomay abang itu sudah buka atau belum. dan salahkan mataku, untuk tidak bisa membaca tulisan makanan apa yang terlihat sudah buka. lalu dengan susah payah meraba-raba tulisan itu, ternyata siomay lezat favoritku belum buka. selamat, al. hahaha. 

aku dengan malas berbalik kembali menuju mobil. namun ada rasa mengganjal muncul tiba-tiba di benakku saat melangkah memutar balik. ada mata yang sedang memerhatikanku. bukan, aku bukannya geer. kali ini aku tidak bergurau. aku pun tidak menghentikan langkah setengah berlariku itu, aku tetap berjalan. tak jauh dari parkiran motor terdapat gazebo teduh tempat mahasiswa berkumpul entah untuk rapat apa. aku tidak tahu apa yang membawa mataku tidak meneruskan melihat ke depan namun malah ke arah kanan gazebo. ada sekitar lebih dari sepuluh orang disana. beberapa duduk, beberapa juga berdiri mengelilingi yang duduk itu. namun mataku entah mencari apa. aku tetap meninggalkan pandanganku ke arah sana. tidak berjalan bersama langkah kakiku yang terus melangkah menuju mpobil. ada celah yang terbuka diantara mereka yang berdiri menutupi mereka yang duduk. ada. mataku pun terus mencari. dan mata yang sedang memerhatikanku pun akhirnya bertemuan tepat dengan mataku saat beberapa detik aku mencari. deg. terasa seperti sepersekian sekon jantungku berhenti berdetak. untunglah organ itu bekerja lagi setelah itu. aku bahkan tidak bisa menghela napas. pikirku masih berjalan. berpikir terus. sampai otakku bisa mencerna raut wajah siapa dimana mata itu bertempat. oh Tuhan! dia?

aku sangat hafal tempat itu. tempat ia duduk setiap saat ia menunggu kelasnya yang belum dimulai atau setiap pulang kuliah setelah kelas terakhirnya hari itu berakhir. aku sangat hafal itu. laki-laki yang biasanya merokok namun sedang tidak merokok itupun mendapatkanku menangkap matanya yang coklat teduh itu. entah. padahal aku memang sering malah sudah lebih dari beberapa kali berpapasan dengannya di parkiran dekat gazebo itu, saat aku pulang bersama genk, atau saat pulang bersama zidny. tetapi lebih sering aku bertemu dengannya saat aku pulang bersama zidny, karena zidny lebih sering naik motor besarnya itu ketimbang mobil mini kuningnya. dan tebak apa? laki-laki beralis tebal itu ternyata masih memerhatikanku saat aku melamun tadi. aku tidak ada ide harus melakukan apa. salah tingkah. aku mengambil ipod disaku jeansku, lalu membuka kuncinya, lalu entah membuka aplikasi apa, kemudian menaruhnya lagi ke dalam saku kananku kembali. Kehabisan ide. akupun dengan ramah mulai membuka senyum, saat ia ternyata tetap menatapku. oh my, selama itukah? lalu aku benar-benar tersenyum dibuatnya. tersenyum kepada mata itu tentunya. aku tidak tahu bahkan tidak terpikirkan sama sekali bagaimana rupaku saat itu. lalu dengan ringan, entah, aku melambaikan tangan ke arah laki-laki berhoodie maroon itu, ya, yang sedang hendak memberi senyumnya balik kepadaku. aku seperti tidak kuat untuk melihat senyum itu yang hampir menjadi sempurna, karena baru setengah dari senyumnya saja aku sudah hampir meleleh menjadi air es di parkiran itu, hampir menyatu dengan genangan air hujan sisa fajar tadi, mungkin. lalu aku menyaksikan senyum itu menjadi lekukan sempurna. mendadak melihat hal indah itu langkahku semakin cepat berlalu. Tuhan, aku mohon adegan ini jangan pernah berakhir. ternyata takdir belum berpihak padaku, mengakhirinya dengan anggukan bersamaan dengan senyum itu. i can’t even stand, Lord.

tidak ingin melihat senyum itu sirna dari wajahnya serta matanya yang indah, aku segera memalingkan wajahku berbalik. maaf. bukannya aku tidak suka dengan senyummu, melainkan karena aku amat suka. langkah setengah berlariku kurasa tidak stabil. berusaha menstabilkan itu dengan napas yang terengah-engah, aku tidak bisa menyembunyikan senyumku, padahal harus. aku tidak boleh bertemu genk dengan keadaan seperti ini, bisa habislah aku diolok-olok oleh mereka.

namun kalian tahu apa? handphoneku bergetar tanda ada line masuk. padahal sudah tinggal beberapa langkah lagi aku sampai dimobil putri. namun sambil berjalan aku membuka kunci handphone putihku ini. entah padahal aku sedang tidak line dengan siapa-siapa saat itu. dan aku melihat nama laki-laki berhoodie maroon tadi muncul di notifikasi lineku. deg. DEG. “tadi kamu lagi nyari siapa? aku liatin sampe ga sadar gitu.” begitu katanya lewat line. aku cepat membalas, “aku.... mencari siomay bang john yang ternyata tutup. hehe”

kemudian aku mati.

Wednesday, October 15, 2014

karena selalu terdengar suara pintu itu

entah apa yang ada dipikiranku detik ini didetik kesepuluh pukul dua pagi lewat empat puluh dua menit. bisakah ini kita sebut malam? atau malah pagi? bahkan siang? entah, aku pun tidak mengerti hari diluar apakah gelap atau petang atau malah fajar telah datang. aku sedang memikirkan bunyi itu. rasanya ingin aku membuka kunci kamarku yang menggantung digagang pintu pink besar itu, lalu berjalan melangkah mendekati suara pintu itu. melangkah ke dinginnya suasana kamarku yang amat hangat. dan ke sumber suara yang berdenyit dibenakku setiap malamnya. di dini hari pagi ini. dan di dini hari pagi setiap harinya. aku bahkan tidak tidak tahu pintu kamar seseorang disebelah mana yang selalu berbunyi disetiap pukul dua pagi seperti ini.

saat ini aku sedang terjaga mengerjakan suatu tugas untuk esok pagi. Esok pagi yang sangat cerah dimana aku harus berangkat kuliah sangat amat pagi bahkan ayam baru saja hendak berkukuruyuk. ah, tidak, aku barusan hanya bercanda. esok pagi aku harus ngampus pukul 7. sedangkan tugas ini belum sama sekali aku cetak. dan aku bahkan tidak tahu toko fotokopi mana yang sudah bersedia terbuka melayani mahasiswi seperti diriku ini.

kembali ke titik masalah, ya, suara itu.

entah sampai kapan, tentu, aku tidak ingin selalu terjaga bersama dinginnya suara itu.