selamat ulang tahun,
wanita terindah dalam hidupku
wanita terkuat dalam segala kesulitan dalam hidup
wanita paling tegar..
dan wanita yang paling aku sayang tak ada batas
pagi ini pukul delapan lebih sedikit
hari masih agak sejuk yang hendak hilang
aku sedang di ruang kelas
duduk di barisan kedua dari baris depan
menunduk menuliskan surat ini
menunduk terdiam
sedang dosen di podium sana tetap menjelaskan kuliah pengkajian sastra hari ini
tidak berhenti
sedikit sulit mencari konsentrasi yang mengambang-ambang ini
dengan ada kau berhenti dipikiranku
nah,
perkenalkan teman sebelah bangkuku yang sedikit tomboy ini, Baby
aku berisak disampingnya
entah
tidak kuasa aku menahan tangis ini
karena sungguh, tidak bisa aku memelukmu sekarang
kau jauh di ibukota sana
aku jauh di kota ini
Baby mengelus lenganku merangkul
belasan tissue sudah telah basah dibuatku
aku sungguh sayang ibu
salam sayang, May ❤
di ruang kelas saat Mbak Laura mengajar pengkajian sastra
Saturday, October 25, 2014
Saturday, October 18, 2014
tolong hentikan senyuman-senyuman ini
lekukan ini tiba dan singgah lagi
dan tak hendak pudar
ia ingin menetap untuk lebih dari beberapa jenak
ia enggan pergi dibuatmu
sungguh
beberapa detik yang lalu
aku dapati suaramu lewat telepon genggam
yang membuat tawa didalamnya
candamu sungguh aneh
membuatku melihat jauh disana
bahwa bumi ini sebenarnya dihuni oleh manusia aneh
seperti dirimu
terimakasih,
telah membuatku tersenyum
kau tahu, raut wajah ini sedih
entah sudah bertahan untuk melepasnya lebih cepat
karena ia tak lekas pergi diam saja melekuk dibibir tipisku
mataku pun akhirnya ikut melekuk,
aku tidak tahu kau dapat membuatnya juga tersenyum
bisakah pula kau membuat hidungku tersenyum?
atau telingaku?
bahkan pipiku?
maka terimakasih,
telah membuat senyuman-senyuman ini hidup untuk beberapa waktu nanti
bahkan mungkin, membuatnya permanen
rabu malam pukul sembilan lebih empat puluh lima menit, kala diri ini tersipu
dan tak hendak pudar
ia ingin menetap untuk lebih dari beberapa jenak
ia enggan pergi dibuatmu
sungguh
beberapa detik yang lalu
aku dapati suaramu lewat telepon genggam
yang membuat tawa didalamnya
candamu sungguh aneh
membuatku melihat jauh disana
bahwa bumi ini sebenarnya dihuni oleh manusia aneh
seperti dirimu
terimakasih,
telah membuatku tersenyum
kau tahu, raut wajah ini sedih
entah sudah bertahan untuk melepasnya lebih cepat
karena ia tak lekas pergi diam saja melekuk dibibir tipisku
mataku pun akhirnya ikut melekuk,
aku tidak tahu kau dapat membuatnya juga tersenyum
bisakah pula kau membuat hidungku tersenyum?
atau telingaku?
bahkan pipiku?
maka terimakasih,
telah membuat senyuman-senyuman ini hidup untuk beberapa waktu nanti
bahkan mungkin, membuatnya permanen
rabu malam pukul sembilan lebih empat puluh lima menit, kala diri ini tersipu
Friday, October 17, 2014
terimakasih untuk siomay bang john yang tutup pagi itu
pagi itu dosen filologi
berhalangan untuk hadir, lagi. entah. ini sudah terjadi beberapa kali. memang,
kita amat kecewa, namun yang mengecewakan kita adalah sudah terlanjurnya kita
bangun pagi bahkan bersahabat baik dengan dinginnya air shower pagi tadi. namun
yang kita dapat di kelas adalah tidak ada. ketua kelas mendapat kabar itu saat
ia berbicara dengan ibu maria, nama dosen filologi tersayang kita itu, entah
beliau menjelaskan tentang apa, “gausah gue kasih tahu panjang lebar yang ibu
maria jelaskan barusan, pada intinya, beliau berhalangan hadir.” serentak satu
isi kelas bersorakan bahagia, juga bersorak kecewa. kecewa karena sudah datang.
ya, itulah mahasiswa.
aku dan genk kan-ku (genk kan =
(genk) ma(kan). LOL!) menghabiskan sekitar lima belas menit untuk tidak
keluar kelas, padahal tahu bahwa tidak jadi ada kelas filologi pagi itu. entah
melakukan hal tidak penting apa. kalau aku sih, bermain entah game apa bersama
papa dan adit. sebenarnya yang bermain adalah mereka, kebetulan saja mereka
sedang sial duduk bersebelahan denganku yang tidak bisa diam, tidak bisa untuk
tidak merebut samsung layar besar itu dari tangan mereka, HAHA. kita bermain entah namanya, bermain bergantian, untuk
mendapatkan medali emas dan koin-koin tidak jelas itu. lalu kita berhenti saat
nyawa kita sudah habis. sangat menyebalkan. kemudian aku melepaskan headset
yudha dari telingaku, dan melepasnya dari ipodku. “mari bermain bumpsheep di ipodku!”. lalu kita pagi
itu untuk beberapa menit, menjadi mahasiswa autis. autis game domba.
pada akhirnya saat lima babak
habis untuk main game domba itu, aku dan genk
kan turun tangga menuju parkiran. ya, tangga dari lantai tiga. pagi itu
kita sudah menaiki tiga laintai yang amat curam, dan kita juga sudah menempuh
jauhnya parkiran sampai ke lantai gedung kelas kita, kemudian kabar itu datang,
tidak ada kelas hari ini. bye! ya,
meski sedikit kebahagiaan dalam keletihan itu.
kita hampir sampai di parkiran. aku
sibuk memainkan game di ipod selagi
dinar dan yuki bergossip ria
disampingku. masih hanya terdapat tidak sampai sepuluh mobil di parkiran pagi
itu. mungkin memang hanya hitungan jari dosen yang bersedia mengajar pukul
tujuh pagi. maka, para mahasiswa memang tidak akan datang sepagi itu pula.
entahlah, lupakan, aku hanya menyimpulkannya sendiri. setelah putri membunyikan
alarm sedan pinknya itu, kita segera masuk menempati tempat masing-masing,
seperti sudah bernamakan dimasing-masing jok untuk masing-masing nama kita. hahaha. namun saat giliran aku masuk ke
dalam mobil, aku lupa aku sangat ingin makan siomay hari itu. dan berhubung
memang aku jarang sekali sarapan meski ikut serta mencari sarapan bersama genk, maka aku hanya menaruh tas
dimobil, lalu pergi melangkah ke kantin di depan parkiran. sayangnya, tidak
seperti yang kalian bayangkan, itu tidak dekat, juga tidak jauh. aku harus
melewati parkiran motor yang amat penuh, dan cukup suliy dengan lika-liku, yang
juga penuh dengan banyak mahasiswa yang duduk-duduk, nongkrong-nongkrong, merokok, dan rumpi-rumpi pagi. maka, aku putuskan untuk tidak melangkah lebih
jauh.
aku masih satu pertiga dari
jauhnya jarak parkiran motor ke kantin. memilih mondar-mandir melihat dari jauh
apakah siomay abang itu sudah buka atau belum. dan salahkan mataku, untuk tidak
bisa membaca tulisan makanan apa yang terlihat sudah buka. lalu dengan susah
payah meraba-raba tulisan itu, ternyata siomay lezat favoritku belum buka.
selamat, al. hahaha.
aku dengan malas berbalik kembali
menuju mobil. namun ada rasa mengganjal muncul tiba-tiba di benakku saat melangkah
memutar balik. ada mata yang sedang memerhatikanku. bukan, aku bukannya geer. kali ini aku tidak bergurau. aku
pun tidak menghentikan langkah setengah berlariku itu, aku tetap berjalan. tak
jauh dari parkiran motor terdapat gazebo teduh tempat mahasiswa berkumpul entah
untuk rapat apa. aku tidak tahu apa yang membawa mataku tidak meneruskan
melihat ke depan namun malah ke arah kanan gazebo. ada sekitar lebih dari
sepuluh orang disana. beberapa duduk, beberapa juga berdiri mengelilingi yang
duduk itu. namun mataku entah mencari apa. aku tetap meninggalkan pandanganku
ke arah sana. tidak berjalan bersama langkah kakiku yang terus melangkah menuju
mpobil. ada celah yang terbuka diantara mereka yang berdiri menutupi mereka
yang duduk. ada. mataku pun terus mencari. dan mata yang sedang memerhatikanku
pun akhirnya bertemuan tepat dengan mataku saat beberapa detik aku mencari. deg. terasa seperti sepersekian sekon
jantungku berhenti berdetak. untunglah organ itu bekerja lagi setelah itu. aku
bahkan tidak bisa menghela napas. pikirku masih berjalan. berpikir terus.
sampai otakku bisa mencerna raut wajah siapa dimana mata itu bertempat. oh Tuhan! dia?
aku sangat hafal tempat itu.
tempat ia duduk setiap saat ia menunggu kelasnya yang belum dimulai atau setiap
pulang kuliah setelah kelas terakhirnya hari itu berakhir. aku sangat hafal
itu. laki-laki yang biasanya merokok namun sedang tidak merokok itupun mendapatkanku
menangkap matanya yang coklat teduh itu. entah. padahal aku memang sering malah
sudah lebih dari beberapa kali berpapasan dengannya di parkiran dekat gazebo
itu, saat aku pulang bersama genk, atau
saat pulang bersama zidny. tetapi lebih sering aku bertemu dengannya saat aku
pulang bersama zidny, karena zidny lebih sering naik motor besarnya itu
ketimbang mobil mini kuningnya. dan tebak apa? laki-laki beralis tebal itu
ternyata masih memerhatikanku saat aku melamun tadi. aku tidak ada ide harus
melakukan apa. salah tingkah. aku mengambil ipod disaku jeansku, lalu membuka
kuncinya, lalu entah membuka aplikasi apa, kemudian menaruhnya lagi ke dalam
saku kananku kembali. Kehabisan ide. akupun dengan ramah mulai membuka senyum,
saat ia ternyata tetap menatapku. oh my,
selama itukah? lalu aku benar-benar tersenyum dibuatnya. tersenyum kepada
mata itu tentunya. aku tidak tahu bahkan tidak terpikirkan sama sekali
bagaimana rupaku saat itu. lalu dengan ringan, entah, aku melambaikan tangan ke
arah laki-laki berhoodie maroon itu, ya, yang sedang hendak memberi senyumnya
balik kepadaku. aku seperti tidak kuat untuk melihat senyum itu yang hampir
menjadi sempurna, karena baru setengah dari senyumnya saja aku sudah hampir
meleleh menjadi air es di parkiran itu, hampir menyatu dengan genangan air
hujan sisa fajar tadi, mungkin. lalu aku menyaksikan senyum itu menjadi lekukan
sempurna. mendadak melihat hal indah itu langkahku semakin cepat berlalu. Tuhan, aku mohon adegan ini jangan pernah berakhir.
ternyata takdir belum berpihak padaku, mengakhirinya dengan anggukan
bersamaan dengan senyum itu. i can’t even
stand, Lord.
tidak ingin melihat senyum itu
sirna dari wajahnya serta matanya yang indah, aku segera memalingkan wajahku
berbalik. maaf. bukannya aku tidak
suka dengan senyummu, melainkan karena aku amat suka. langkah setengah berlariku kurasa tidak stabil. berusaha menstabilkan
itu dengan napas yang terengah-engah, aku tidak bisa menyembunyikan senyumku,
padahal harus. aku tidak boleh bertemu genk
dengan keadaan seperti ini, bisa habislah aku diolok-olok oleh mereka.
namun kalian tahu apa? handphoneku bergetar tanda ada line
masuk. padahal sudah tinggal beberapa langkah lagi aku sampai dimobil putri.
namun sambil berjalan aku membuka kunci handphone
putihku ini. entah padahal aku sedang tidak line dengan siapa-siapa saat
itu. dan aku melihat nama laki-laki berhoodie maroon tadi muncul di notifikasi
lineku. deg. DEG. “tadi kamu lagi
nyari siapa? aku liatin sampe ga sadar gitu.” begitu katanya lewat line. aku
cepat membalas, “aku.... mencari siomay bang john yang ternyata tutup. hehe”
kemudian aku mati.
Wednesday, October 15, 2014
karena selalu terdengar suara pintu itu
entah apa yang
ada dipikiranku detik ini didetik kesepuluh pukul dua pagi lewat empat puluh
dua menit. bisakah ini kita sebut malam? atau malah pagi? bahkan siang? entah,
aku pun tidak mengerti hari diluar apakah gelap atau petang atau malah fajar
telah datang. aku sedang memikirkan bunyi itu. rasanya ingin aku membuka kunci
kamarku yang menggantung digagang pintu pink
besar itu, lalu berjalan melangkah mendekati suara pintu itu. melangkah ke
dinginnya suasana kamarku yang amat hangat. dan ke sumber suara yang berdenyit
dibenakku setiap malamnya. di dini hari pagi ini. dan di dini hari pagi setiap
harinya. aku bahkan tidak tidak tahu pintu kamar seseorang disebelah mana yang
selalu berbunyi disetiap pukul dua pagi seperti ini.
saat ini aku
sedang terjaga mengerjakan suatu tugas untuk esok pagi. Esok pagi yang sangat
cerah dimana aku harus berangkat kuliah sangat amat pagi bahkan ayam baru saja
hendak berkukuruyuk. ah, tidak, aku barusan hanya bercanda. esok pagi aku harus
ngampus pukul 7. sedangkan tugas ini belum
sama sekali aku cetak. dan aku bahkan tidak tahu toko fotokopi mana yang sudah
bersedia terbuka melayani mahasiswi seperti diriku ini.
kembali ke titik masalah, ya, suara itu.
entah sampai kapan, tentu, aku tidak ingin selalu terjaga bersama dinginnya suara itu.
Subscribe to:
Comments (Atom)