(October 9, 2014)
gelap sampai larut malam tadi
hijau muda berlari-lari
dengan bernomorkan sembilan di punggung badan bidang itu
berinisalkan J diikuti empat huruf lainnya
memanah semua khayalku
lapangan indoor merah itu sunyi
detak jantungku menghantam-hantam entah mengapa
keras
kemudian aku pejamkan mataku yang sayup ini
mencari pandangan lain
entah, yang aku dapatkan hanya sosok nomor punggung sembilan itu lagi
dan tak hilang
sepatu biru berbaur putih itu berlari-lari jua melangkah
sakit kepala ini mengikuti arah sepatu besar itu
tangan berikatkan gelang hitam itu mengoper lambung bola dengan eloknya
tak berpaling aku terdiam menyaksikan sosok indah itu
ribbon juga passing untukku itu takkan kulupa
aku sungguh mati dalam merah hitam bola basket itu
yang ada hanya hancur lebur bersama dribble berkat tangan itu
lalu dalam ring tinggi itu aku hilang
terima kasih, malam
yang membantuku hilang
karena sosok itu
[malam di gedung olahraga kota ini]
Saturday, September 20, 2014
Wednesday, September 17, 2014
saat bingung melanda.
ya..
detik ini.
ya..
detik ini.
HAHAHAHA. jadi saat deadline ngumpulin tugas pertama dosen bahasa + filologi tuh ya.. ternyata disuruh bikin karangan gitu kan simple aja kok mana tema bebas pula kan, NAH, masalahnya is gue gaada ide, ndes, at all, huhu. terus gue kefikiran untuk copas aja dari tulisan di blog gue ini. tapi ternyata tugasnya itu gaboleh ada percakapannya gitu s e d a n g gue selalu nulis dengan percakapan, ndes. gue harus gimana sekarang? kudu piye :( #doakansemogaadaidemuncul #prayforthisbloguser #edisitidakjelas
Sunday, September 14, 2014
jauh
satu pekan berlalu
dan itu berakhir di ujung rel kereta itu
layak gerbong pertama sampai gerbong terakhir
aku berjalan menjauh
kau berjalan menjauh
tak sama arah
tidak terasa kita sudah berbeda kota
gerbongku membawaku tetap disini
dan kau terbawa gerbongmu menjauh kesana
menuju kota itu
aku pergi berbalik
kota itu sungguh menarikku
aku rindu kawanku
ya, gerbong terakhir itu
aku rindu dia
------------------------------------------------------
kita bertemu kembali beberapa menit yang lalu
hangat pelukan itu membuatku ingin menangis
dalam pelukanmu,
aku sangat terjaga
resah untuk tidak memejamkan mata
jangan pergi, teman
gerbong itu menghalalangi kita kah?
lelah untuk mengunjungimu setiap pekannya
satu pekan
dua pekan,
tetap tidak bisa
aku ingin tidak pergi
aku kembali
malam tepat di depan warung makan pedas itu
dan itu berakhir di ujung rel kereta itu
layak gerbong pertama sampai gerbong terakhir
aku berjalan menjauh
kau berjalan menjauh
tak sama arah
tidak terasa kita sudah berbeda kota
gerbongku membawaku tetap disini
dan kau terbawa gerbongmu menjauh kesana
menuju kota itu
aku pergi berbalik
kota itu sungguh menarikku
aku rindu kawanku
ya, gerbong terakhir itu
aku rindu dia
------------------------------------------------------
kita bertemu kembali beberapa menit yang lalu
hangat pelukan itu membuatku ingin menangis
dalam pelukanmu,
aku sangat terjaga
resah untuk tidak memejamkan mata
jangan pergi, teman
gerbong itu menghalalangi kita kah?
lelah untuk mengunjungimu setiap pekannya
satu pekan
dua pekan,
tetap tidak bisa
aku ingin tidak pergi
aku kembali
malam tepat di depan warung makan pedas itu
Saturday, September 13, 2014
abu
larut itu,
gelap itu,
terima kasih telah menjaga lelapku
tak apa tidak menerangiku saat itu
aku tidak hitam
pun aku tidak putih
kau membuat itu abu
aku tahu itu pudar
memudar menjadi buram
namun kau tetap memanggilku
...berhenti memanggilku
matahari mulai merajai
tangan itu berkata
'tak usah terlihat'
kemudian bayangmu sedia
aku terbangun
kau beri putih saat malam
lalu pagi pula kau beri aku teduh
terima kasih, abu
untuk yang sedang membaca ini
gelap itu,
terima kasih telah menjaga lelapku
tak apa tidak menerangiku saat itu
aku tidak hitam
pun aku tidak putih
kau membuat itu abu
aku tahu itu pudar
memudar menjadi buram
namun kau tetap memanggilku
...berhenti memanggilku
matahari mulai merajai
tangan itu berkata
'tak usah terlihat'
kemudian bayangmu sedia
aku terbangun
kau beri putih saat malam
lalu pagi pula kau beri aku teduh
terima kasih, abu
untuk yang sedang membaca ini
Subscribe to:
Comments (Atom)